si sengkuni turun lagi
adu muslihat permainan urat
ambisi pribadi bukan audisi
hidup mati di dua sisi
senjata judi berkedok tradisi
kaki pincang jari berbakat
butho corah bangkit menari
siap sedia untuk menjerat
sebaiknya cepatlah mawas diri
dewi draupadi menangis lirih
ini bukan tentang aurat
lebih dari sekedar harga diri
melainkan kehormatan yg sekarat
serahkan diri segera bermeditasi
sang Kesawa tidak tuli
cakra sudarsana sudah terlihat
tajam runcing tentu bergerigi
siapapun terlepas menjadi mayat
dan Ia pergi untuk kembali
perjuangkan pertiwi sampai mati
perngorbanan diri bagai serat
serat-serat daun hijau yg tipis
biar tipis jika bersatu akan terhormat
maaf,
ini Bali, bukan untuk di reklamasi
Comments
Post a Comment