Ikan Tenggiri atau Ikan Sapu-sapu ?


 
IKAN TENGGIRI ATAU IKAN SAPU-SAPU ?
Setiap hari dipasaran banyak kita jumpai berbagai macam menu makanan yang tentunya sangat menggugah selera. Dari sekedar makanan ringan (kudapan) sebagai makanan pelengkap hingga makanan berat yang  dapat kita santap sebagai menu utama. Dari sekian banyak makanan yang ada dipasaran, salah satu yang menjadi favorit adalah siomay. Salah satu makanan jenis dim sum yang konon berasal dari Mongolia Dalam ini biasanya dapat dijumpai hampir di setiap tempat yang menjual makanan. Untuk pedagang kecil biasanya menggunakan sepeda maupun gerobak untuk berjualan siomay tersebut.
 
Dalam masakan Indonesia dapat kita jumpai berbagai macam jenis variasi siomay berdasarkan jenis daging yang menjadi isi dari siomay tersebut. Sebut saja daging ayam, udang, kepiting, sapi ataupun ikan tenggiri.  Tentunya semua variasi daging tersebut merupakan inovasi dari produsen untuk memanjakan lidah konsumen.
Namun belakangan ini beredar desas-desus yang mengatakan bahwa untuk siomay yang berbahan isi daging ikan tenggiri, bahan untuk isinya tersebut tidaklah murni seratus persen ikan tenggiri tapi telah dicampur dengan ikan jenis lain. Lebih lanjut opini tersebut mengatakan, akibat harga daging ikan tenggiri yang mahal, beberapa pedagang kecil berusaha mencari alternatif lain untuk menghemat pengeluaran dana untuk pembelian bahan dasar ikan tenggiri. Salah satunya adalah mencampur daging isi ikan  tenggiri dengan daging ikan sapu-sapu. Seperti yang telah diketahui ikan sapu-sapu merupakan salah satu ikan yang mudah untuk didapatkan dengan harga yang relatif sangat murah.
 
Jika seandainya opini tersebut benar apakah ikan sapu-sapu aman untuk dikonsumsi ? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita mengetahui sedikit informasi mengenai ikan sapu-sapu. Ikan sapu-sapu atau ikan bandaraya adalah sekelompok ikan air tawar yang berasal dari Amerika tropis yang termasuk dalam famili Loricariidae, namun tidak semua anggota Loricariidae adalah ikan sapu-sapu. Dalam perdagangan ikan internasional ia dikenal sebagai plecostomus. Di Indonesia, analogi untuk penamaan ikan tersebut menggunakan salah satu alat pembersih yaitu sapu. Sedangkan di Malaysia orang menyebutnya “ikan bandaraya” karena fungsinya seperti petugas pembersih kota (“bandar”). Ikan jenis ini nyaris dapat hidup bersama dengan ikan akuarium apa saja. Meskipun demikian, ia bisa tumbuh sepanjang 60 cm dan menjadi kurang aktif dan kurang bersahabat.Makanan ikan sapu-sapu adalah mentimun. Selain mentimun, ikan sapu-sapu juga memakan lendir-lendir hewan dan lumut. Ikan sapu-sapu merupakan jenis ikan omnivora (pemakan segala) dan biasanya mencari sisa-sisa tumbuhan air di malam hari. Ikan sapu-sapu memiliki 2 alat pernafasan. Alat pernafasan yang pertama adalah insang. Insang digunakan oleh ikan sapu-sapu saat berada di air yang jernih. Alat pernafasan ikan sapu-sapu yang kedua adalah labirin. Labirin merupakan alat pernafasan binatang yang hidup di lumpur atau di air yang keruh. Karena memiliki 2 alat pernafasan, Ikan sapu-sapu dapat bertahan hidup di air dan di lumpur.



Membaca penjelasan singkat tersebut kita mengetahui ikan sapu-sapu tidaklah berbahaya jika dikonsumsi karena ikan tersebut hampir sama dengan jenis ikan lain yang biasa kita konsumsi seperti ikan gurami, ikan gabus dan sebagainya mungkin hanya nilai rasa (dalam hal ini penampilan luar ikan sapu-sapu yang agak kurang enak dipandang mata) membuat kita enggan mengkonsumsi ikan sapu-sapu.
Namun belakangan dua mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yaitu Ristyana Eko Setyarini dari Fakultas Ilmu Kedokteran UMS dan Uning Susilowati -mahasiswa D3 Kesehatan Lingkungan UMS melakukan penelitian terhadap ikan sapu-sapu yang ditangkap dari sungai Bengawan Solo. Dari hasil penelitian tersebut terungkap bahwa pada tubuh ikan sapu-sapu dari sungai Bengawan Solo tersebut telah  tercemar logam berat seperti tembaga (Cu), cadmium (Cd) dan Timbal (Pb). Hal tersebut diakibatkan karena ikan sapu-sapu merupakan biota yang mengonsumsi endapan sungai Bengawan Solo. Endapan tersebut menurut Ristyana Eko Setyarini telah tercemar logam dengan konsentrasi yang relatif  tinggi sehingga polutan tersebut masuk dan terakumulasi di dalam tubuh ikan sapu-sapu. Lebih lanjut dipaparkan, apabila di dalam tubuh makhluk hidup khususnya manusia telah terkontaminasi logam berat dalam jumlah besar, akan dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan.Dampak yang ditimbulkan oleh tembaga adalah kerusakan hati, sedangkan untuk logam kadmium berdampak antara lain dapat menyebabkan penyakit ginjal, gangguan lambung, dan kerapuhan tulang. Dari penelitian yang menggunakan metode AAS (Atomic Absorbsion Spectrophotometer) ini dapat kita pahami sangatlah berbahaya apabila kita mengkonsumsi ikan sapu-sapu yang berasal dari ekosistem yang tercemar seperti sungai Bengawan Solo. Sebagai konsumen, jika seandainya benar, siomay yang dijual yang berlabel ikan tenggiri akan tetapi daging isi yang terkandung di dalamnya tidak murni ikan tenggiri, atau sama sekali bukan daging ikan tenggiri, kita boleh untuk mengajukan keberatan karena hal tersebut merupakan hak kita sebagai konsumen. Selain itu, hal tersebut merupakan salah satu bentuk penipuan yang mungkin terlihat sepele namun tidak dapat dikesampingkan karena bisa menjadi  bom waktu yang sangat berbahaya terutama bagi kesehatan kita sebagai konsumen. Jadi sebenarnya siapa yang salah ? Ikan tenggiri yang mahal, atau ikan sapu-sapu yang menjalankan nalurinya untuk mencari makan di endapan lumpur ? harus dilakukan investigasi lebih lanjut. 

Daftar Referensi :
A.    Referensi Tulisan

B.     Referensi Gambar
1.      http://images.bundaku.multiply.com/image/2/photos/upload/300x300/RLO4lQoKCpYAABz2NGk1/siomay.JPG?et=RR6t46p2%2CJorEAWpY6IdrA
3.      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH-OuEY5_LUuH45_8OfF9SZSphMtu1xfhyphenhyphenZYVJB7JMrb0id3nzHUprCqgsMqfOfo9N8N8LSfIjFMLj1YxPTlUdE0MPdbVENi03EZSABeD6dlfguJ6D1j2WpIjsWHjkK104u9aGXiXy7hx2/s400/ikan+tenggiri.JPG

Comments