Rabies dan Pembantaian Massal Anjing di Bali

Suatu hari, ketika liburan semester di UI, saya menyempatkan diri pulang ke Bali.. Saya tak ingat pastinya kapan, tapi sekitar tahun ke dua saya di UI. Kebetulan saat itu saya tidak membawa barang yg banyak, jadi saya memilik ojek dari Bandara Ngurah Rai menuju rumah saya di Biaung. Kebetulan juga saat itu sedang ada acara prosesi Ngaben di Kampung saya di Gianyar jadi rumah di Denpasar sepi. Saya sangat terharu ketika sampai di depan Pagar, saya dsambut dengan meriah dan penuh suka cita, oleh siapa ? padahal rumah saya sepi.. saya disambut Boby. Anjing kesayangan saya berwarna putih keemasan. Dia sudah kami pelihara sejak saya kelas 4 SD. Bisa dibayangkan betapa tuanya Boby saat itu. Dia masih ingat betul dengan saya. Dengan gigi yang ompong dia menyambut saya dengan sangat gembira. Saya sangat terharu. Kami pun bercanda sesekali saya mengajak bicara Boby. Boby sepertinya mengerti yg saya maksudkan. Dengan tatapan matanya pun sepertinya dia ingin bicara ke saya, "Kamu kemana aja? satu tahun tak berjumpa". atau saya pun jawab "Long Time No see" Boby. 
Beberapa hari kemudian, Orang tua saya bercerita, bahwa hampir saja Boby terkena pembantaian anjing massal yg dilakukan oleh Dinas kesehatan Provinsi Bali. Katanya banyak anjing di Jalan Tegal Sari (jalan rumah saya) di bunuh dengan tembak bius. Untung saja Boby bisa diselamatkan. Sekedar informasi, Boby adalah jenis anjing lokal Bali. Di Bali kami menyebutnya anjing Kacang (Kuluk Kacang). Badannya ramping, dan tidak suka mengganggu apabila tidak kita ganggu dan sangat bersahabat dengan manusia. juga cerdas. Karena itu pula Boby tidak di rantai, jadi bebas berkeliaran di sekitar rumah. Tapi penting untuk diketahui, Boby tidak pernah menggigit siapapun. 

Anjing lokal Bali (Anjing Kacang)


Pembantaian anjing di Bali terutama anjing kacang marak dilakukan dengan dalih pencegahan Rabies. Rabies di Bali tersebar karena suatu ketika seorang Wisatawan asing membawa anjingnya dari negara asalnya ke Bali. ternyata anjing tersebut terjangkit virus rabies. dan menyebabkan penyebaran di  Bali. Sebenarnya saya agak bingung, kenapa anjing yang tidak sehat seprti itu bisa lolos ya di Imigrasi ? atau karantina Hewan ? asumsi saya sementara adalah, adanya KKN di sana. KKN tersebut berakibat sangat fatal. Ribuan anjing di Bali di eliminasi paksa dengan tembak bius.


Tahun ketiga,liburan semester saya kembali pulang ke Bali. namun ada suatu yg tidak biasa. Kali ini saya tidak disambut oleh Boby. rasanya ada sesuatu yg hilang. Terasa aneh karena saya sudah mengenal Boby sejak lama. Sebenarnya saya sudah tahu bahwa Boby telah hilang dari Rumah kami sekitar 2 bulan yg lalu. Ketika melakukan komunikasi via telepon ke Orang Tua saya, beliau bilang, Boby hilang. Hilang entah kemana. Asumsi yg ditarik adalah Boby dibunuh alias di eliminasi paksa.Cukup beralasan karena bulan bulan tersebut marak kembali eliminasi masal anjing kacang. Dan Boby satu satunya anjing kacang di Tegal Sari yg masih bebas berkeliaran. Sungguh hal ini sangat menyakitkan..Tapi ya sudahlah, mau bagaimanapun saya sudah merelakannya. 

Sebenarnya apa itu Rabies ?
setelah melakukan studi literatur dapat saya ambil beberapa informasi penting sebagai berikut.

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang bersifat zoonosis (menular ke manusia). Lebih  dari 55.000 kasus rabies pada manusia dilaporkan setiap tahun di dunia (Rupprecht  et al., 2001; Wilde  et al., 2008; Bourhy et al., 2008).  Rabies disebabkan oleh virus rabies, dari genus Lyssavirus, famili Rhabdoviridae  (OIE, 2008).  Virus rabies termasuk  virus yang memiliki genom RNA untai tunggal berpolaritas negatif  (ss-RNA virus), memiliki ukuran diameter 75 nm dan panjang 180 nm.  Virus rabies  memiliki lima jenis partikel protein yang berbeda yakni glikoprotein (G), matrik protein (M), RNA polymerase (L),  nukleoprotein (N), dan phosphoprotein (P) (Coll, 1995).  Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka (Bingham, 2005; Kang  et al., 2007).  

penyakit Rabies

Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan kematian.  Penyakit Rabies menimbulkan  dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan  dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang terpapar.  Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya post-exposure treatment.  Disamping itu, kerugian  akibat pembatalan kunjungan wisatawan, terutama di daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia, seperti Bali, dapat saja terjadi jika tingkat kejadian rabies sangat tinggi.  (Kembali Bali menjadi sorotan)

Saya sempat berpikir saat itu, apakah tidak ada cara lain untuk menghentikan penularan rabies ini selain melakukan pemusnahan massal terhadap anjing lokal Bali? tapi bagaimanapun ini mungkin jalan yg terbaik yg bisa dilakukan dinas dinas terkait untuk mencegah rabies di Bali.

September 2013, dua hari yang lalu, saya kembali mendengar dan membaca berita yang membahas tentang pembantaian anjing kacang di Bali. Kembali ratusan anjing tak bermajikan ataupun bermajikan yang dibiarkan bebas di jalan jalan, terutama jalan jalan desa, dibantai di eliminasi massal oleh pihak berwenang. Namun kali ini sedikit berbeda. Aktivis pro Lingkungan dan pemuda pemudi Bali yang peduli, melakukan aksi aksi penolakan terhadap pembantaian anjing kacang tersebut. Sebut saja, di Lini masa Twitter sangat gencar dilakukan penolakan dengan menandatangani petisi petisi baik secara langsung maupun menggunakan media Online. Hal ini cukup beralasan, karena sepertinya Dinas-dinas terkait bergerak dan gencar kembali melakukan "genosida" terhadap anjing kacang ini adalah terkait dengan adanya APEC yg akan di helat Oktober 2013 ini di Bali. Ternyata selain mengebut pembangunan Tol, Underpass Dewa Rucci, dan Bandara Ngurah Rai, mereka juga mengebut membantai anjing anjing tak berdosa tersebut. Aktivis-aktivis kepemudaan di Bali, yang sudah terbangun karena adanya Isu Reklamasi Teluk Benoa,kembali terbelalak matanya menyaksikan pembantaian ini. Fakta penting lainnya adalah, tidak hanya anjing yang dibantai, tetapi kucing pun dibantai di eliminasi massal.

Salah satu Organisasi yang peduli terhadap Anjing Bali (http://www.wspa.ca/wspaswork/dogs/companionanimals/saving_balis_dogs.aspx)

Apakah tidak ada solusi lain untuk menanggulangi penyebaran virus rabies ini selain dengan meeliminasi massal anjing dan kucing di Bali ? pikiran lama yang sempat terngiang di otak saya kembali memanas. Saya pun kembali melakukan studi literatur terhadap tragedi tragedi rabies di Dunia. 
Saya kemudian dapat menarik kesimpulan : (bersambung...)




Comments