INDIA. Hmmm,
suatu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga saya. Sepertinya sudah
terbiasa mendengarnya. Nama negara yang
saya sendiri sudah mendengarnya sejak saya duduk di Taman Kanak Kanak. Sangat tidak
asing karena negara ini merupakan negara asal dari agama yang saya anut yaitu
Hindu. Tidak asing karena di Indonesia sangat popular dengan filmnya,
Bollywood. Hahaha , lumayan lucu karena di mata saya orang India tidak bisa
mendengar music. Kenapa saya katakan demikian, karena setiap mendengar sedikit
saja music yang berdendang mereka pasti bergoyang. Hahahaha J
kocak. Awalnya saya hanya melihat mereka berdendang di film film Bollywood
sebut saja yang paling terkenal “Kuch Kuch Ho Ta Hai “ (klo nggak salah
tulisannya ya) tapi kali ini saya melihatnya sendiri bukan di India tapi di
Malaysia pada perhelatan Shell Eco Marathon Asia pada tahun 2011 yang lalu.
Mungkin akan saya ceritakan nanti pada tulisan yang berbeda. Suatu pengalaman
pertama kali berbicara dengan orang India. Nehi Nehi Aca Aca. Baik kita kembali
ke awal cerita. Nah, suatu ketika tiba –tiba terlintas di kepala saya, “Kapan
ya saya bisa pergi ke India?” banyak orang memimpikannya. Sebagai seorang
Hindu, saya sangat berkeinginan untuk pergi ke India setidaknya untuk
mengunjungi dan bersembahyang ke tempat-tempat suci (temple) yang ada disana.
Sepulang saya ke luar negeri untuk yang pertama kalinya yaitu sewaktu pergi ke
negara tetangga serumpun yang sering konflik dengan Indonesia, Malaysia, saya
telah menyusun rencana bahwa saya akan keluar negeri lagi. Suatu saat ketika
ter;lintas di pikiran saya, “saya harus pergi ke India”.
Suatu saat di
Bulan November yang bersahabat, di hari Rabu, yang tanggalnya saya lupa
(sekitar tanggal dua puluhan kalo gak salah) saya pergi sarapan ke depan pintu
gerbang KUTEK (KUkusan TEKnik-sebutan untuk daerah kost-kostan di depan
fakultas Teknik UI). Saya rasa hari itu adalah hari Rabu karena saya hanya ada
jadwal kuliah pada jam 1 hingga jam 3 sore saja yaitu mata kuliah Teknopreneur
, mata kuliah wajib yang saya ambil pada semester 5 kemaren. Setelah saya memesan
Nasi Uduk (kata si tetangga malay, namanya Nasi Lemak) favorit saya dengan menu
telor bulet bersambal ditambah tempe oreg dan bakwan satu biji serta teh manis
anget saya duduk di bangku ketiga dari terakhir, bangku favorit yang kalau pesen
minum di handle oleh mbah-mbah yang cerewet dan kadang menyebalkan tapi orang
baik sih sebenernya. Ternyata disana saya bertemu dengan Dika (Mahasiswa
Fakultas Teknik UI jurusan Teknik Kimia Angkatan 2009) yang saya kenal di kelas
Etika Enjiniring pada semester pendek tahun 2011. Percakapan diawali dengan percakapan standar,
“ Hai bro” sapa saya. “Hai bro” jawab dika. Kita mulai dengan percakapan ringan
seperti, “Nggak ada kuliah bro hari ini”? walaupun kita bukan AGD alias Anak
Gaul Depok tapi kita biasa menyapa dengan sebutan, Bro, Sob wkakakakak. Sambil
saya makan saya melihat si dika asyik mengisi suatu form. Saya Tanya, “ Isi
form apaan bro?” “ini form konfrensi gtu” jawab dika. Sembari saya
melirik-lirik (maksud saya bukan ngelirik dika lho, saya 100% masih normal dan
udah punya pacar CEWEK juga hahaha, apalgi nglirik mbah mbah dagang minum, yang
ada nanti saya ditanyaen, “Nggak Ngeteh?” wkwkwkw ) form yang dibawa dika. Saya
tanyakan tentang apa konfrensinya dan yang terpenting adalah tempat
pelaksanaaannya. Lalu dika menyahut “ Tentang Sustainable Development gtu Bro,
tempatnya di New Delhi, India.” Saya langsung berkata dalam hati, “Anjirrr New
Delhi, India woy India” . Saya harus ikut nih pikir saya. “Boleh gue liat ga
bro infonya?” Tanya saya. “boleh bro, lu liat aja infonya ada di internet juga
bro”. saya lalu mengambil hape saya dan memfotonya, kali aja saya bisa mencari
langsung infonya sekarang juga sehabis makan nasi uduk .
Saya tanyakan kembali, “ Bro, lw sama siapa aja rencananya ikut?” Tanya saya lagi. “Baru sendiri nih bro”. “hmmmm, gw boleh ikut ga bro?” (tanpa ada rasa malu-malu, hahahaha untuk yang satu ini, urat malu saya udah saya lepasin terlebih dahulu. Yaa, memang seharusnya urat malu itu bisa kita atur, Plug and Play or Unplug and Unplay. Hahahaha katanya sih kayak steker setrikaan gtu :D) lalu saya tambahkan, “ntar biar gue yang cariin tanda tangan Pak Anondho dan salah satu Dosen Mesin buat jadi pembimbing kita” hehehe, kebetulan gw kagak ada kuliah pagi ini bro”. “Oke bro, gw malah seneng ada yang ikut sama bantu gw” oke sip bro, sahut saya. Setelah percakapan singkat tersebut saya segera balik ke kosan, ngambil kemeja dan pakai sepatu berhubung harus ketemu dosen, yaa hitung-hitung biar terlihat seperti anak baik-baik, (memang sebenernya anak baik baik) (bersambung…).
bersama dika ngemper di delhi
Saya tanyakan kembali, “ Bro, lw sama siapa aja rencananya ikut?” Tanya saya lagi. “Baru sendiri nih bro”. “hmmmm, gw boleh ikut ga bro?” (tanpa ada rasa malu-malu, hahahaha untuk yang satu ini, urat malu saya udah saya lepasin terlebih dahulu. Yaa, memang seharusnya urat malu itu bisa kita atur, Plug and Play or Unplug and Unplay. Hahahaha katanya sih kayak steker setrikaan gtu :D) lalu saya tambahkan, “ntar biar gue yang cariin tanda tangan Pak Anondho dan salah satu Dosen Mesin buat jadi pembimbing kita” hehehe, kebetulan gw kagak ada kuliah pagi ini bro”. “Oke bro, gw malah seneng ada yang ikut sama bantu gw” oke sip bro, sahut saya. Setelah percakapan singkat tersebut saya segera balik ke kosan, ngambil kemeja dan pakai sepatu berhubung harus ketemu dosen, yaa hitung-hitung biar terlihat seperti anak baik-baik, (memang sebenernya anak baik baik) (bersambung…).
Comments
Post a Comment